Tradisi pemakaman Korea – Korean Funeral tradition

Korea adalah negara yang tradisinya masih sangat melekat dalam kehidupan sehari hari. Pemakaman di Korea membutuhkan uang, sehingga cara yang baik untuk membantu ialah dengan memberikan sejumlah uang (ketimbang karangan bunga turut berdukacita). namun demikian, tidak ada yang bisa menghalangi seseorang membantu dengan cara lain, walau sebetulnya dengan memberikan uang di dalam amplop putih bertuliskan huruf mandarin 謹弔 sudah cukup (huruf mandarin tersebut artinya turut berduka cita)

Koreans are practical folks. funerals cost money. The nice thing to do would be to help out with the costs. Of course, nothing stops people from doing things more personal, like writing cards or helping the funeral preparation. But as far as Korean folks are concerned, money in a white envelope that says 謹弔 is enough. (The Chinese characters roughly mean “I am sorry for your loss.”)

Keluarga mesti memberikan tanda berkabung (bugo) kepada keluarga dekat karna semua yang mendapatkan nya, diharapkan datang ke pemakaman dan memberi uang kedukaan (bujo), tidak sopan jika memberikan tanda kepada yang tidak dikenali. 
A side effect of the custom of giving money (the money itself is called bujo) is that the family of the deceased should only give the official notice of the funeral (called bugo) to those close to the deceased and the family. Because those who received the notice is expected to attend the funeral and give money, it is bad manners to give the notice to mere acquaintances.

Pemakaman Korea tradisional memiliki prosedur yang sangat panjang dan rumit, tapi pemakaman modern Korea disederhanakan, dan sering disesuaikan dengan keyakinan agama, terutama di kalangan Kristen

Korean funerals traditionally had a very long and elaborate procedure, but modern Korean funerals are simplified, and often adjusted for religious beliefs, especially among Christians.

Pemakaman Korea biasanya berlangsung tiga hari. Ketika seseorang meninggal, pertama tubuh diatur dalam posisi lurus dan ditutupi kain putih. Kemudian diletakkan di belakang sebuah partisi. Di depan partisi, sebuah meja kecil diatur dengan foto almarhum dan dupa. Kemudian kematian seseorang diumumkan. Pemberitahuan resmi dari pemakaman dikirim keluar, dan sebuah tanda tergantung di pintu depan rumah.
Korean funerals generally last three days. When a person dies, first the body is set in a straight position and covered in a white sheet. Then it is put behind a partition. In front of the partition, a small table is set up with a photo of the deceased and incenses. Then the person’s death is announced. Official notice of the funeral is sent out, and a sign is hung on the front door of the house.

Anak pertama almarhum mengasumsikan peran Sangju, pada dasarnya pemimpin upacara. Sangju tradisional akan memakai pakaian dan topi yang terbuat dari rami, namun kini mereka hanya mengenakan jas hitam dan topi rami. Para kerabat juga seharusnya memakai pakaian rami, tapi sekarang tidak demikian. Baik Sangju atau kerabat harus memakai pita hitam baik di dada atau di lengan, tapi sekarang hanya Sangju memakainya.
First son of the deceased assumes the role of sangju, basically the master of ceremonies. Traditionally the sangju would wear clothes and hat made out of hemp, but nowadays they simply wear a black suit and the hemp hat. The relatives of the dead are also supposed to wear the hemp clothes, but that part is now generally omitted. Both sangju and the relatives are supposed to wear a black ribbon either on the chest or on an arm, but now only sangju wears it.

hari kedua, Sangju bersiap untuk memandikan jenazah yang biasanya dilaksanakan di rumah duka. Orang Korea tidak mengenal pembalsaman / pemulasaran. ada pakaian khusus jenazah namun jas saat ini sudah sangat umum
On the second day, sangju arranges for cleaning of the body, which is usually done at a funeral home. Koreans don’t embalm the dead. The body is cleaned and dressed – there is a traditional garb for the dead, but suits are commonplace in modern Korea.

Setelah jenazah menggunakan pakaian, dimasukkan ke dalam peti mati. Lalu diatur di balik partisi atau tirai hitam, dan meja dengan foto almarhum, lilin, dan dupa diatur. Sebuah pita hitam diletakkan pada foto almarhum. Sangju duduk di sebelah meja di atas tikar kasar – tikar kasar adalah penghukuman untuk menebus dosa Sangju yang telah membiarkan orang tuanya meninggal dunia (ini hanya kiasan. bukan berarti sangju anak durhaka. Namun bagi Orang Korea, apabila orang tua meninggal, otomatis itu kesalahan dan dosa sangju).
After the body is dressed, it is put in a casket. The casket is again set behind a partition or a black curtain, and a table with the photo of the deceased, candles, and incense is set up. A black ribbon is put on the photo at this time. Sangju sits next to the table on a coarse mat – the mat is coarse because sangju must atone for the sin of allowing his parent to die.
Saatnya bagi pengunjung. Pengunjung memakai jas hitam. Pelayat menyalakan dupa di meja, memberi penghormatan dengan cara membungkukkan badan dihadapan foto almarhum, kemudian memberi hormat kepada Sangju dan memberi hormat kepada tamu yang lain. Secara tradisional Sangju, sebagai orang berdosa, tidak boleh bicara, tapi sekarang mereka diizinkan untuk mengatakan kata-kata terima kasih singkat untuk para tamu. Ketika mereka pergi, pengunjung kemudian memasukan amplop berisi uang kedalam kotak yang disediakan.

Then it is the time for visitors. Visitors wear black suits as American mourners would. Mourners first light a stick of incense at the table, bow at the table, then sangju and the guest bow at each other. Traditionally sangju, as a sinner, is supposed to remain quiet for the entire proceeding, but now they are allowed to say brief thanking words to the guests. As they are leaving, visitors leave the envelop with money in a designated box.

Pada pagi hari ketiga, peti mati meninggalkan rumah duka. Sebelum berangkat, upacara singkat diadakan untuk menghormati almarhum – jika Anda mencoba untuk menemukan satu upacara yang disebut “pemakaman” dalam ritual kematian Korea, inilah dia. Sejarah pribadi almarhum akan diceritakan, dan orang-orang memberikan kata kata indah untuk mengenang almarhum dan membakar dupa untuk almarhum.
On the morning of the third day, the casket leaves the house. Before it leaves, a short ceremony is held in the honor of the dead – if you were trying to find one ceremony called “funeral” in a Korean death ritual, this would be it. The personal history of the deceased is told, and people eulogize and offer incense.

Secara tradisional, Sangju dan kerabatnya harus mengangkat peti mati sampai ke kuburan, tapi sekarang mobil jenazah sudah umum digunakan. Peti mati dibawa ke tanah pemakaman yang sudah diatur, didalam komplek pemakaman keluarga.Di Korea, sebuah keluarga sudah memiliki sebuah bukit dan membuatnya menjadi tempat pemakaman untuk seluruh keluarga (Keluarga Sem juga seperti ini). orang Korea pasti tahu di mana ia akan dikubur saat meninggal. Percaya atau tidak, hal ini justru membuat orang Korea nyaman menghadapi masa depan.
Traditionally, sangju and his relatives carried the casket all the way to the burying ground, but now Koreans use a hearse. The casket is taken to a pre-arranged burial ground, which is near other family members’burial sites.Typically, an extended family owns a small mountain and sets up burial sites for the entire family, past, present and future. The Korean himself already knows where he will be buried when he dies. Believe it or not, the thought is somewhat comforting.

Setelah peti mati diturunkan, Sangju melempar tanah ke arah peti mati tiga kali. Kemudian kubur sepenuhnya diisi, dan gundukan kecil dibangun di atas kuburan. Gundukan tersebut kemudian tertutup rumput. Di sisi kanan bawah gundukan itu, batu kecil dengan nama orang yang dimakamkan ditancapkan, sehingga kubur dapat diidentifikasi meskipun gundukan tersebut terkikis. Batu nisan sudah diatur di depan kuburan, dan upacara singkat diadakan sekali lagi.
After the casket is lowered, sangju throws dirt on the casket three times. Then the grave is fully filled, and a little mound is built on top of the grave. The mound is then covered in grass. On the right bottom side of the mound, a small stone with the name of the dead is buried so that the grave can be identified even though the mound is eroded away. The tombstone is set up in front of the grave, and brief ceremony is held once again.

secara teknis, pemakaman tidak selesai setelah 3 hari. Sangju terus mengenakan pita hitam untuk 100 hari; menurut tradisi semua orang yang harus memakai pakaian duka selama 100 hari (tapi itu zaman dulu). Setelah 100 hari, upacara peringatan diadakan, dan pemakaman akhirnya berakhir.
But technically, the official funeral is not over after 3 days. Sangju keeps wearing the black ribbon for 100 days; traditionally everyone who had to wear to hemp garb had to keep them on for 100 days, but that does not happen anymore. After 100 days, a memorial ceremony for the dead is held, and the funeral is finally over.